A.Bukan Korek Balap 4-Tak!
Populasi bebek 4-nada kian bengkak. Yang nyemplak tidak mulu ibu-ibu ke pasar, nona-nona ke sekolah dan bapak-om ke kantor. Atau ojeker yang maunya irit. Tapi, bebek ini jadi kebanggan anak muda. Lebih ekstrem lagi, anak muda aliran olip alias ogah disalip. Kalangan penyuka 4-tak ini, tentu belajar dari balapan. Entah itu MotoGP atau pasar senggol. Oooo... nyatanya 4-tak juga bisa kencang, ya. Berarti bisa kena sentuhan kohar alias korek harian. Iya, motor yang disuntik kemampuannya dari kondisi standar pabrik. Di zaman 2-tak, disebut korek jalanan. Nah, era 4-tak sebut saja si kohar tadi. “Korek harian sama saja dengan korek jalanan. Intinya, lebih enak dari standar pabrik,” papar Zainudin mesra dipanggil bang Zai yang dulunya tukang korek jalanan 2-tak. Sekarang doski fokus korek harian 4-tak, tentu ikut berlaga di pasar senggol. Aroma kohar wajib dibatasi. Otak-atik komponen mesin ditujukan sebagai kendaraan penunjang rutinitas. Fungsi, ketahanan, serta kenyamanan tetap kental pada kohar. “Lebih enak sekitar 20 persen tenaganya dari pabrik,” jelas Andika Bintang Budaya alias Gandhoz, mekanik yang juga instruktur HMTC.So, bisa dipahami kan? Kohar bukan korekan balap. Ini pada 4-tak saat ini. Dulu, era 90-an, korek harian di 2-tak identik dengan balapan benaran 2-tak. Terutama kelas standar pemula 110 cc 2-tak. Di kelas ini, dilarang mengganti komponen dengan kompetisi. Murni bawaan pabrik yang dikorek di sana-sini. Sementara, balap 4-tak di pemula dan senior, motornya setara. Yang membedakan kategori pembalapnya. Makanya, “Spek 4-tak untuk balap tak bisa mentah-mentah diterapkan di korek harian,” jelas tambah Gandhoz.Kohar telah lama dikenal. Ya, sejak motor dijual. Biasa, itu hobi otak-atik menjalar ke jalanan. Dulu, lebih akrab disebut korek jalanan. “Apalagi saat kebut-kebutan di jalan ramai. Korek jalanan banyak dilakukan bengkel umum. Tapi masih murni akal-akalan mekanik,” kata Chairul alias Bang Yun, mekanik Yun’s Motor di Joglo, Jakarta Barat.Perkembangan teknologi, kohar tidak sekadar mengandalkan mekanik. Onderdil pendukungnya, marak diperjualbelikan. Contoh, ratusan jenis knalpot racing, onderdil mesin, pengapian, bahkan peranti ciet. Kohar pun dapat angin. Bagi oknum anak muda, eh, malah berlanjut ke bali. Yang ini mah keliru.Makanya, sesuai definisinya, kohar harus tetap mengandung tiga hal. Yaitu, fungsi, kenyamanan dan keamanan. Tetap punya perlengkapan lalulintas, rem pakem, dan layak bagi umum. Kan korek harian tidak mengubah fungsi utama. Dia tetap sebagai kendaran sehari-hari mengantar sampeyan sampai tujuan. Berarti, setingan tidak terlalu boros dan tahan alias tidak rentan jebol. Makin ekstrem ubahan, kian rawan daya tahannya. “Memaksakan kemampuan motor jelas punya risiko. Kecuali sekalian ikut balap,” wanti Bang Zai lagi.Unsur keamanan, ubahan korek harian musti mengikutkan standar. Misal, ubahan pada ban dan sistem pengereman bisa mendukung kecepatan akibat dikorek. “Ini wajib, termasuk untuk 4-tak,” tambah BangYun.
B.Batas Patokan Kompresi
Patokan kompresi korek harian alias kohar 4-tak, sudah pasti enggak bisa jor-joran. Alasan paling mendasar, soal bahan bakar yang digunakan. Motor kohar nggak mungkin pakai bensol. “Kalau nggak Premium, ya Pertamax. Oktan nggak terlalu tinggi. Kompresi tinggi dampaknya detonasi dan nggelitik,” jelas Ibnu Sambodo, begawan korek 4-tak Manual Tech.Pakdhe, panggilan akrab Ibnu Sambodo, kasih ancer-ancer. Patokan kompresi jangan lebih dari 11 : 1. “Pangkasan total maksimal kira-kira 1 mm saja,” tambah mekanik Suzuki Hendriansyah Pennzoil itu.Cara pangkas bisa berbagai macam. “Bisa pangkas blok antara 0,3 sampai 0,5 mm. “Demikian juga kepala silinder. Jangan lebih dari itu,” tambah Andika Bintang Budaya alias Gandhoz pengajar di sekolah mekanik HMTC.Atau, bisa saja dengan mengurangi tebal paking blok dan head. Misal dari 0,6 mm diganti 0,3 mm. Lumayan bisa mendekin 0,3 mm. Baru kekurangannya ditambah lewat pangkasan. Kalaupun mau pangkas, mending pilih salah satu saja. Mau blok atau kepala silinder. “Jadi kalau mau distandarin lagi, tidak perlu ganti dua-duanya. Kan, yang satu bagian masih orisinal. Kalau blok yang dipangkas, cukup ganjal blok bawah dengan paking aluminium. Bisa standar lagi,” kata Pakdhe kasih tips. Bener juga, tuh.Mengikuti ubahan itu, piston juga wajib kena pangkas. Agar posisinya sesuai perubahan blok dan head-nya. “Kan bentuk dan panjang ruang bakar sudah berubah. Kalau nggak diubah, piston akan nongol. Makanya, harus disesuaikan juga bentuknya,” tambah Pakdhe. Chuenk
C.Batasan Korek Kem
Korek harian (kohar), sah-sah saja korek kem. Bisa dipangkas atau diganti dengan kem modif. Tapi tentu tidak ekstrem seperti halnya di balap. “Kohar perlu dipikirkan ketahanan untuk harian. Lagian, komponen pendukung lain masih standar,” jelas Darojat, mekanik Jogja yang kini tangani Suzuki Istana Asevedo Racing, Purwokerto, Jawa Tengah.Olah kem, langkah pertama tentukan dulu tinggi angkatan klep (lift). Tak perlu tinggi-tinggi. “Makin tinggi lift, per-klep makin tertekan. Dipake harian riskan boros per-klep,” tambah laki-laki hitam manis ini. Untuk patokan, Darojat kasih rumus. Tinggi lift cukup 30% x diameter payung klep in. Misal untuk Shogun 110, lift maksimal 30% x 25 mm = 7,5 mm.Cara pangkasnya, setengah badan kem, yaitu pada bagian yang bawah atau yang gemuk, dikikis rata seluruh bagian (gbr. 1). “Misal 0,8 mm, maka pangkasan harus rata seluruhnya. Awas, jangan sekali-kali ubah bagian pucuk kepalanya. Karena akan mengubah lube center (lb),” ingatnya. Lho, apa itu lube center (LB)? Coba dibuka di situs Accelerated Motion Performance Product. Definisi LC adalah derajat dari titik mati atas menuju puncak bumbungan kem. Lanjut ke pangkasan cari lift. Darojat kasih ilustrasi pangkas 0,8 mm pada kem Shogun 110. Hasilnya, lift jadi 6,6 mm. “Tinggal hitung persamannya kalau mau pangkas lebih,” jelas mekanik berambut kriting ini.Lanjut ke durasi yang tidak butuh terlalu lama. Itu justru tidak efisien. Lagi-lagi, faktornya karena komponen lain tidak banyak berubah. “Cukup 300 derajat,” asumsi Darojat. Untuk nentuin bukaan klep in, pakai rumus patokan durasi dibagi 2 dikurangi lube center (LC). Misal Yamaha Vega dengan LC = 102, ingin dicari dengan bukaan 300 derajat. Maka bukaan klep masuk adalah (300/2)-102 = 48 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Klep masuk menutup dicari dengan rumus durasi-180-bukaan in, atau 300-180-48. Ketemu angka 72 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). Untuk klep buang, tinggal dibalik. Buka 72 derajat sebelum TMB dan menutup 48 setelah TMA. Cara pangkasnya, kikis pinggang bagian atas ke arah kepala kem (gbr. 2). “Cukup disesuaikan. Dipangkas sedikit bertahap, lalu di cek sampai ketemu durasi yang diinginkan,” paparnya. Tapi harus tahu dulu posisi top atau TMA di kem.Ingat, pangkasan juga harus rata dan sesuai profil kem. “Kalau enggak sesuai dampak akan terasa. Pembakaran tidak sempurna. Mesin enggak njerit. Kerak juga banyak di ruang bakar,” ingatnya.Kemudian, untuk deteksi fungsi per klep, bisa dilakukan dengan menggerakan gigi sentrik (gbr. 3). Rasakan saat diputer. Kalau dirasa ada hambatan, berarti per enggak main. Perlu diganti. Paham?
D.Cara Gampang Pangkas Kem
Nah, kali ini cara super praktis yang jauh lebih simpel. Bisa dimulai dengan langsung memangkas kem secara rata guna mengubah tinggi angkatan klep (lift). Soal cara dan hal yang perlu diperhatikan dalam pangkas kem, bisa disimak di edisi lalu. “Bedanya, karena cara ini tidak perlu itung-itungan, pangkasnya sedikit demi sedikit dulu dan harus rata benar. Bisa mulai dari 0,3 mm, lalu cek dulu,” jelas Adriansyah, mekanik Suzuki Pertamina Enduro 4T AHRS. Cara ngeceknya, bisa amati dari perubahan posisi buka dan tutup klep yang dirasakan dari gigi sproket keteng. “Pasti titik buka dan tutup klep jadi berubah maju mendekati garis TMA (Titik Mati Atas),” jelas mekanik yang buka bengkel di Jl. Ahmad Yani, Jakarta Timur ini. Bentar-bentar. Tau enggak gimana posisi buka dan tutup klep dilihat dari gigi sproket kem atau biasa disebut gigi sentris. Begini, puter gigi sentris searah jarum. Sampai terasa glek kayak berhenti, itu artinya posisi buka. Bisa dilihat juga pada posisi rocker-arm yang terlihat menekan. Diterusin lagi muter, nanti akan terasa glek lagi. Itu artinya klep nutup. Bisa dilihat posisi rocker-arm narik balik alias mulai bebas. Menurut Adri, panggilan akrab Adriansyah. Kalau posisi buka jadi maju 2 mata dan yang nutup maju antara 1 sampai 1,5 mata, ke arah garis TMA, berarti pangkasan bisa dirasa cukup (gbr. 1). “Kalau dicek masih kurang, bisa pangkas lagi. Biasanya sih, pangkasan antara 0,3 mm sampai 0,5 mm,” tambah pria yang Februari lalu baru melepas masa lajangnya. Kenapa gitu? “Kalau nambahnya lebih dari 2 mata, takutnya lift terlalu tinggi. Buat harian tak perlu,” wanti mekanik yang sakses lambungkan Firman Farera dari tim Suzuki-Lindung Jaya, Medan.Alasan kenapa harus ada selisih minimal 0,5 sampai 1 mata antara klep buka dan tutupnya, karena kalau berada pada angka yang sama, klep nutup terlalu cepat. “Makanya minimal selisih 0,5 sampai 1 mata,” jelasnya. Soal olahan gigi sentris, Adri juga punya cara simpel lain untuk kohar. “Tanpa pangkas kem, cukup ubah lubang baut gigi sentris,” ujarnya. Caranya begini. Lubang baut dikikir kira-kira 0,3 mm-0,5 mm. Lubang satu ke arah bawah, satunya lagi ke arah atas (gbr. 2). “Posisi geseran juga antara 2 mata saat klep buka dan 1,5 mata saat klep nutup,” analisa Adri lagi. Ubahan itu akan jitu dongkrak putaran bawah. “Tenaga atas tetap. Beda dengan ubahan lift kem yang bikin tenaga atas ikut bagus. Tapi untuk harian, cukup,” kata alumnus Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN). Tapi, kalau mau cara ini, enggak bisa dipaduin dengan ubahan kem. “Malah enggak pas, karena perubahan memang enggak sesuai. Salah satu aja. Terapin yang paling gampang buat korek harian,” tutup Adri.
E.Trik Sukses Pangkas Kem
Praktek pangkas kem, tidak semudah itungan teorinya. Salah sedikit aja, pangkasan akan gagal. Dampaknya, kem tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sayang, kan? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebelum melakukan pangkasan. Paling utama, psikologis mekanik dalam kondisi bagus. “Karena butuh ketelitian, konsentrasi tinggi dan ketenangan,” jelas Andika Bintang Budaya, alias Gandhoz, instruktur teknik Hartomo Mechanical Training Center (HMTC), Jakarta.Jangan lupa mengetahui diameter lingkar kem bawah, yang akan dipangkas. “Itu bekal untuk melihat apakah pangkasan sudah sama antara sisi kanan dan kiri. Kan tinggal diukur dari titik tengah. Kalau panjang sebelah, berarti nggak sama,” tambah Adriansyah, mekanik Suzuki Pertamina Enduro 4T AHRS (SPEA).Gandhoz sarankan mulailah gerinda dari titik buka menuju titik tutup yang sudah ditentukan. Soal menentukan titik buka dan tutup sudah dijelaskan di edisi sebelumnya.Jelas cara gerinda juga nggak boleh sembarang. Harus konstan dan bolak-balik. Pegang bagian ujung kem pakai dua tangan dan jangan sampai goyang. “Sabar, sedikit-demi sedikit. Jangan langsung dalam. Kalau memakai gerinda biasa, tekanan tangan harus konstan dan tidak boleh berubah. Biar ketebalannya juga sama,” ingat Gandhoz lagi. Makanya disarankan untuk memakai alat khusus yang sudah ada pegangannya. Sehingga tidak hanya mengandalkan perasaan tangan mekanik. “Kalau alat khusus lebih gampang,” tambah Gandhoz. Soal alat khusus, salah satu contohnya punya Adriansyah. Itu sudah ditulis Em-Plus di edisi 321 halaman 8 (gbr. 1). Alat itu memudahkan, apalagi buat pemula. Karena, tidak perlu repot pegangkem secara stabil pake tangan.Kalau manfaatkan gerinda tangan biasa, Edi ‘Babahe’ Wijaya, mekanik Yamaha Top 1 Yonk Jaya, Bandung, punya teknik mudah. Menurut wong Solo itu, sebelumnya dibawa dulu ke tukang bubut. Minta pangkasin bagian samping kanan-kiri dari lingkaran bawah kem (gbr. 2). “Cukup 0,5 mm. Nggak usah terlalu banyak. Sebagai pegangan. Bubutan bentuk disesuaikan dengan lingkaran bawah kem,” kata Babahe.Baru dilanjut pangkasan gerinda sendiri. Bubutan di sisi kanan dan kiri jadi acuan. “Bagian pantat bawah, tinggal dipapas dengan ketebalan yang disamakan. Agar profil kem nggak berubah,” jelas Babahe sambil pegang perut.Agar aman, enaknya gerinda ada dua macam. Satunya dilapisi ampelas agak kasar. Sementara satunya dilapisi ampelas kain yang halus untuk finishing. “Biar lebih bagus, batu gerinda diganti aluminium. Akan lebih halus dan rata permukaanya. Baru di sisi yang buat gerinda ditempelin amplas halus,” tambah Babahe yang punya tugas nyeting motor Florianus Roy.
F.Usir Kulit Jeruk Lubang Porting
Selesai kupas kem, materi Kohar alias korek harian lanjut ke yang lain. Kali ini menyoal lubang transfer dan buang di kepala silinder. Sebab kalau modif balap biasanya lubang porting digedein. Tujuannya agar aliran gas bakar makin lancar. Nah, untuk Kohar tak perlu seperti itu. “Nggak sampai bikin lubang tambah gede. Cukup diampelas sampai bagian yang tadinya mirip kulit jeruk jadi halus,” jelas Chairul Anwar, mekanik Yun’s Motor di Jl. Raya Joglo, No. 31, Srengseng, Jakarta Barat. Caranya sederhana dan bisa dilakukan manual. Sediakan ampelas dua lembar. Satu ukuran 220 (agak kasar), satu lagi ukuran 400 ( halus). Mulai dengan gesek secara merata di seluruh permukaan dari lubang transfer dan buang menggunakan ampelas kasar (gbr. 1). Penggunaan ampelas kasar cukup sampai kulit jeruk hilang. Dilanjut dengan amplas halus untuk meratakan. Lakukan, sampai permukaan yang diampelas benar-benar rata dan rapi. Kalau diraba akan terasa licin. Terasa beda dengan sebelum diampelas (gbr. 2). Kelar pengampelasan, head boleh langsung dicuci menggunakan bensin. “Tujuannya, mengusir semua bekas ampelasan. Soalnya kalau tersisa bahaya. Bisa masuk ke mesin,” ingat Chairul Anwar, yang sering kawal langsung anak buah turun di gelaran road race Kejurda DKI.Buat yakinin kotoran lari semua, bisa gunakan bantuan angin kompresor. “Lakukan sampai kering dan bersih. Baru dipasang kembali,” tutup mekanik yang akrab dipanggil Bang Yun ini.Gampang, Kan?
G.Setel Pelampung Karbu
Setelah nyeting pilot dan main-jet wajib diikuti ubah posisi pelampung. Cara ini ditempuh guna menghindari kelebihan bensin atau mblebek. “Untuk itu pempung karbu harus ditinggikan,” anjur Adriansyah, mekanik Suzuki Pertamina Enduro 4-T AHRS (SPEA), Jakarta.Caranya, penekan jarum pada pelampung diturunkan. Posisi pelampung jadi lebih tinggi. Sehingga, lebih cepat menekan jarum pelampung agar cepat menutup aliran bensin. “Volume bensin di mangkuk berkurang. Istilahnya ditekorin,” tambah Adri, panggilan akrab Adriansyah.Ada beberapa cara untuk mengubah. Soalnya, karbu standar bawaan motor 4-tak sekarang ini ada dua macam. Pertama, karburator yang penekan jarumnya terbuat dari plastik (gbr. 1). Seperti pada Honda Supra, Grand, Karisma. Juga Kawasaki Kaze.Ada dua teknik yang lazim digunakan. “Diganjal potongan ampelas atau pelat seng. Bisa bekas soft drink,” jelas lulusan Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta ini. Tinggal dipotong mengikuti bagian bawah dari penekan jarum. Lalu selipin (gbr. 2). Asal penempatannya pas dan nggak longgar, dijamin bakal lepas. Cara kedua, penekan plastik itu dipanasin pakai api. Setelah agak lunak, baru ditekan sesuai keinginan. “Cuma cara ini riskan. Kalau panasinnya terlalu over, bisa meleleh. Malah rusak dan nggak bisa dipake lagi,” tambah Chairul Anwar, mekanik Yun’s Motor, Jl. Raya Joglo, No. 31, Srengseng, Jakarta Barat.Jenis karbu kedua adalah yang penekan jarum dari pelat (gbr. 3). Biasanya di motor 4-tak punya produk Suzuki atau Yamaha. Caranya lebih mudah. “Tinggal ubah saja. Ditekuk sesuai keinginan,” papar Agus Unyil, mekanik Sotokaw Racing, Rempoa, Jakarta Selatan.Soal besarnya ubahan, Adri kembali mengingatkan jangan lebih dari 0,5 mm. “Terlalu besar bensin akan tekor. Putaran atasnya akan mbrebet karena kehabisan pasokan di mangkuk,” cocor Adri.
H.Pilih Knalpot
Exhaust atau lubang buang, juga punya peran penting dalam setingan motor korek harian alias Kohar. Artinya, pemilihan knalpot musti seirama karakter mesin. Tentu ada patokannya. “Dilihat dari angka durasi buang pada kem, serta tinggi rpm atau torsi maksimum yang dicapai,” jelas Galan Ridwan, teknisi mesin yang gape urusan knalpot.Lebih jelas, bisa lirik lagi Em-Plus edisi 267/V halaman 16. Di situ semua jelas dipaparkan, lengkap berikut tabelnya.Nah, mengacu dari rumus itu, Galan bikin kira-kira untuk korekan harian, yang ubahannya kem-nya tidak terlalu ekstrem. “Saya kira, panjang header knalpot ideal berkisar antara 58-64 cm. Itu kalau lihat kira-kira bukaan klep buang sebelum TMB (Titik Mati Bawah) antara 65 sampai 70 derajat,” jelasnya. Ingat! Yang disebut panjang header knalpot. Itu adalah antara ujung yang dihubungkan ke lubang exhaust sampai ke batas sebelum diameter membesar atau bufle (gbr. 1).Hal lain yang perlu diperhatikan dalam memilih knalpot, adalah soal diameter lubang knalpot (gbr. 2). Galan kasih ancer-ancer gampang soal itu. “Cari aman, samakan dengan diamater klep buang,” jelasnya singkat. Kalaupun ada toleransi, maka tidak boleh lebih dari 10 persen lebih kecil dari angka itu. “Semakin kecil, tenaga atas makin pendek,” papar mekanik yang tinggal di Jl. Haur Mekar, No. 30, Bandung, Jawa Barat ini. Satu hal lagi, lihat juga soal lekukannya. Yang utama, jangan sampai lekukan mengubah diamater. “Misal bikin gepeng pipa. Itu jelas mengganggu. Makanya, cari lekukan yang bagus,” ingat Galan lagi. Nah, udah bisa milih knalpot ideal buat Kohar, kan?
I.Perut dan Silincer Knalpot
Selain ukuran panjang header dan diameter leher, bentuk silincer dan perut knalpot juga unsur penting. Pertama diperhatikan soal lubang buang yang ada di bagian belakang. (gbr. 1). “Semakin besar aliran makin tak terhambat. Dampaknya tenaga bawah bagus, torsi nggak ilang. Sebaliknya, lubang kecil akan berdampak pada putaran atas yang lebih bagus,” jelas Galan Ridwan, mantan teknisi Suzuki AHRS, yang terkenal piawai seting knalpot.Dari asumsi itu, bisa ditarik kesimpulan. Biar atas-bawah power gede, perlu pilih lubang yang ideal. Galan punya rumusan yang gampang banget diterap buat lelaku kohar. “Lubang knalpot cari saja yang besarnya antara 1,5 sampai 2 x diameter header knalpot (knalpot bagian depan-red),” jelas pria yang kini sibuk ngurus tim gokart Deka, Jakarta.Pilihan bisa bentuk knalpot apa saja. Entah itu free flow biasa, ataupun yang berbentuk megaphone.Kemudian, soal diameter lubang pada selongsong dalam silincer.(gbr. 2). “Meski tidak terlalu besar, tapi dampaknya tetap ada. Karena punya pengaruh juga saat terjadi tendangan balik,” papar orang Bandung ini.Galan sarankan pilihan pas yang kira-kira setiap lubangnya berdiameter 1,5 mm sampai 3 mm. Sedang mengenai glaswool, Galan menilai dampak terbesar adalah pada peredaman suara. Semakin banyak, suara akan makin teredam. Tapi terlalu banyak juga akan berpengaruh pada power. Karena hambatan jadi ikut besar. Selanjutnya soal panjang silincer (gbr. 3). Menurut Galan lagi, hal ini tidaklah berdampak besar. “Pernah didyno, dengan perbedaan 5 mm. Yang lebih panjang memang tenaga bawah sedikit berkurang. Tapi prosentasenya kecil sekali,” kata warga Jl. Haur Mekar, No. 30, Bandung.Artinya, kalau ingin putaran bawahnya galak, memang cari yang tidak terlalu panjang, atau sebaliknya. Nah, kalau ingin dapat dua-duanya, cari yang sedang-sedang saja.
J.Atur Sproket
Final gir atau pasangan sproket gir rantai, jadi kunci akhir transfer tenaga mesin ke roda. Makanya, penting diperhatikan dalam setingan korek harian alias kohar. “Kalau akselerasi kencang, perbandingan gir dientengin. Sebaliknya, kalau mau top-speed tinggi, gir dibikin lebih berat,” jelas Wawan Kurniawan, mekanik Ngayun Speed, Jl. Arteri Kelapa Dua, No. 168, Jakarta Barat. Sebelumnya, perlu tau dulu dong apa itu gir berat dan gir ringan. Gir berat pasangan sproket depan belakang, yang perbandingan lebih kecil. Semakin kecil perbandingan, semakin berat perbandingannya. Kalau gir ringan, sebaliknya. Semakin besar berbandingannya, semakin ringan. Paham, kan? Caranya jumlah mata gir belakang dibagi depan.Nah, untuk kohar, ubahan tidak terlalu mencolok. “Paling hanya penambahan atau pengurangan mata gigi satu atau dua mata dari standar. Baik depan atau belakang. Itu sudah cukup,” jelas Darojat, mekanik Suzuki PE 4-T Asevedo, Purwokerto. “Kalau ingin mencari setingan enteng, lebih mudah mengurangi jumlah mata gir bagian depan (gbr. 1). Dampak pengurangannya, jauh lebih besar dibanding harus nambah jumlah mata gir belakang (gbr. 2),” jelas Chairul Anwar, mekanik Yun’s Motor, Jl. Raya Joglo, No. 31, Srengseng, Jakarta Barat. Logikanya begini. Misal standarnya 15/40 berarti perbandingannya 2,66. Mau dientengin, perbandingannya harus lebih tinggi. Kalau nambah satu mata gir belakang, perbandingan jadi 15/41 = 2,73. Coba kalau yang dikurangi depannya jadi 13/40. Hasilnya jadi 3,07. Lebih besar, kan?Soal gir pengganti, itu tidak sulit. Beberapa merek motor bisa menggunakan gir punya varian lain. Hanya Honda Karisma dan Kirana yang agak susah. “Paling bisa pakai punya GL-100 lama. Kalau Supra sih nggak masalah. Bisa ganti punya Grand,” jelas Wawan. Motor keluaran Suzuki lebih mudah. Hampir semua bisa tukar pakai. Misal, Shogun pakai gir Smash, dan jenis motor lainnya. Demikian pula Yamaha. Jupiter-Z bisa ganti punya Vega, RX-King dan lainnya. Sama halnya dengan Kawasaki. Paling hanya Ninja yang enggak bisa dipasang di varian bebek.Bahkan, Kawasaki juga bisa pake punya Suzuki. “Hanya beda besarnya lubang. Kalau mau pake musti dikasih bosing,” Tambah Chairul.
Minggu, 20 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar