I.Long Stroke
Sejatinya, Yamaha Mio untuk geber di kelas 150 cc tidak perlu naik stroke. Cukup mengandalkan stroke standar disumpal piston 57 mm sudah hampir mencapai 150 cc.
Tapi bagi Deni Mansur alias Komeng masih kurang puas memanfaatkan stroke standar. Katanya untuk skubek alias matik cocoknya stroke panjang.
Cocok dengan sirkuit yang digunakan pada seri 3 Pertamax Plus BRT Indotire Race & Party di Tasikmalaya, Jawa Barat. Termasuk high-speed. Karakter trek yang panjang.
Ramuan Komeng yang suka long stroke berbuah hasil. Yamaha Mio yang digeber Rapid Topan Sugiarto ini juara 1 kelas 150 cc open. Diganjar hadiah uang cash dan satu unit bebek Minerva Sach MadAss. Zelamat, Bro. Tapi, beneran ada gak tuh hadiahnya!
Rahasia Komeng boleh dibongkar. Dia menaikkan stroke total 6 mm. “Sesuai dengan batasan regulasi balap matik kelas 150 cc yang maksimal naik stroke 6 mm,” jelas Komeng dari Jl. Squadron, Halim, Jakarta Timur.
Untuk menaikkan pajang langkah piston, tidak perlu menggeser big end di kruk as. Cukup memanfaatkan pin stroke Kawahara 3 mm. Sehingga didapat stroke total 6 mm.
Makanya blok silinder juga diganjal paking aluminium setebal 3 mm. Namun risikonya rantai keteng standar kurang panjang. “Solusinya menggunakan keteng Suzuki Shogun 125,” jelas Komeng yang masih pacaran itu.
Setelah naik stroke dipilih piston milik Kawasaki Kaze oversize 150. Diameternya 53,5 mm. Dipadukan dengan stroke standar 57,9 yang sudah naik 6 mm jadinya 63,9 mm.
Maka kapasitas silinder sudah bisa dihitung. “Jika dikalkulasi jadinya hanya 148 cc,” jelas Komeng ketika ditanya petugas scrutineering dari Pengprov IMI Jawa Barat.
Namun ketika pemasangan piston Kaze tidak bisa langsung plek. Dipadukan dengan setang piston standar Mio tidak bisa langsung pasang. Sebab diameter pin piston atau seher Kaze 13 mm, sedang lubang setang piston Mio 15 mm. Jadinya oblak.
Sebagai solusinya harus dibuatkan bos. “Dipasang di lubang setang seher Mio. Tebal bosnya 1 mm,” jelas Komeng yang bukan pelawak itu.
Piston Kaze sebelum dipasang juga diatur ulang. Terutama dari bentuknya. Kepala piston dipapas habis. Jarak dari lubang pin dan puncak piston tinggal 12 mm.
Setelah diukur menggunakan buret, kini rasio kompresi masih lumayan tinggi. Yaitu, 12,9 : 1. “Namun dirasa masih bisa dipadukan dengan Pertamax Plus dan timing pengapian CDI BRT Dualband,” jelas Komeng.
Perlakuan khusus pada seher Kaze juga dilakukan. Untuk meringankan gesekan, dibuatkan alur di badan seher. “Juga diberi lubang kecil menggunakan mata bor 3 mm,” cocor Komeng yang bos Clinic Motor itu.
Selanjutnya tinggal pilih penggunaan klep. Dipilih merek EE yang tahan jeber. Namun dimensinya dikecilkan lagi. Klep isap jadi 28 mm dan buang 24 mm.
Lubang porting juga dibenahi. Intake dibikin 24 mm. Sengaja dibikin kecil biar gas speed dan power cukup tinggi di gasingan mesin bawah.
Kecuali lubang buang. Dibikin 24 mm alias 100%. “Mengikuti anjuran mekanik mobil,” ulas Komeng.
KARBU SP 28 DAN KEM
Kendala atau masalah skubek menggunakan karbu skep venturi gede kerap ngok. Susah diseting spontan. Jika gas ditarik mendadak yang terjadi mesin malah ngok, bukannya lari spontan.
Itulah makanya Komeng memilih long stroke. “Stroke yang panjang punya daya isap yang lama dan kuat. Tarikan terhadap lubang venturi sangat besar,” jelas Komeng.
Dengan menggunakan long stroke seperti sekarang, bukan saja tenaga atau torsi mesin berada di rpm bawah. “Tapi juga bisa spontan lantaran gas bisa ditarik mendadak,” cuap mekanik otodidak ini.
Karbu yang digunakan milik Honda NSR150 SP. Diameter venturi 28 mm namun masih kuat diisap seher. Dipadukan dengan spuyer ukuran pilot-jet 45 dan main-jet 125. “Setelan anginnya dibikin 1 putaran balik setelah diputar mentok abis,” jelas Komeng yang masih menggunakan per klep standar diperkuat per klep dalam milik Honda Grand.
Jangan lupa dalam memilih karbu SP gunakan yang asli. Jika menggunakan yang palsu alias abal-abal susah diseting. Dalam menggunakan karbu SP, Komeng masih menggunakan intake manifold standar. Namun lubang bagian dalam tentu diperbesar lagi menggunakan pisau tuner.
Untuk urusan kem, katanya Komeng mengandalkan milik Kawahara K3. Namun oleh Komeng diatur ulang. Namun hasil akhir dia belum ukur. Jadi, ukuran durasinya dia belum tahu. Apalagi Komeng baru mau belajar mengukur durasi yang akan diajari Mian alias Sumingan, mekanik BBS Bandung yang terkenal tea.
DATA MODIFIKASI
Ban : Indotire 80/90x14
Pelek depan : TK 1,40x14
Pelek belakang : TK 1,60x14
Roller : Kawahara 7 gram
Rumah roller : Kawahara
Sok belakang : Kitaco
Minggu, 20 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar